Emiten Migas Rajin Ekspansi, Investor Gas Alam Bisa Untung Maksimal 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 08:34:57 WIB
Emiten Migas Rajin Ekspansi, Investor Gas Alam Bisa Untung Maksimal 2026

JAKARTA - Di tengah volatilitas harga komoditas, sejumlah emiten sektor hulu migas gencar melakukan ekspansi bisnis. Langkah ini menjadi strategi untuk memperkuat posisi perusahaan menghadapi fluktuasi harga minyak dan gas.

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) pada 25 November 2025 menyelesaikan akuisisi 25% hak partisipasi di KKS Kangean dari Japan Petroleum Exploration Co. Ltd (JAPEX). Kini ENRG menjadi pemilik tunggal dan operator KKS Kangean melalui entitas anak usahanya.

Sepekan kemudian, ENRG menemukan cadangan gas baru dari pengeboran eksplorasi di KKS Sengkang, Sulawesi Selatan. Penemuan ini menambah visibilitas produksi dan prospek pendapatan perusahaan.

Sementara itu, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) berhasil memenangkan lelang saham SMS Development Limited (SMSDL). SMSDL memiliki 20% partisipasi tidak langsung pada Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) yang mengelola pengembangan dan produksi gas di Madura.

RATU sebelumnya menargetkan akuisisi partisipasi di aset migas baru di luar portofolio eksisting. Saat ini, perusahaan memiliki hak partisipasi di Blok Cepu dan Blok Jabung, memperkuat portofolio produksinya.

MEDC Aktif Ekspansi Aset Migas

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga menunjukkan agresivitas melalui akuisisi. Pada 16 September 2025, MEDC mengambil alih 45% hak partisipasi sekaligus operator PSC Sakakemang dan 80% PI South Sakakemang di Sumatra Selatan senilai US$ 90 juta.

Sebelumnya pada Juni 2025, MEDC membeli 24% PI secara tidak langsung di PSC Corridor dari Fortuna Internasional (Barbados) Inc. PSC Corridor memiliki tujuh lapangan gas dan satu lapangan minyak di daratan Sumatra Selatan, menjadikannya aset strategis bagi MEDC.

Chief Executive Officer Edvisor Provina Visindo Praska Putrantyo menilai ekspansi berupa akuisisi dan eksplorasi menjadi sentimen positif. Langkah ini menunjukkan keyakinan emiten bahwa permintaan migas tetap stabil meski harga berfluktuasi.

“Strategi ini bisa menopang kinerja emiten secara jangka panjang,” ujar Praska, Kamis (4/12/2025). Langkah agresif emiten ini menjadi salah satu alasan mengapa sektor hulu migas tetap menarik bagi investor.

Prospek Jangka Panjang dan Pandangan Analis

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menyebut ekspansi emiten migas menunjukkan prospek jangka panjang yang menjanjikan. Penemuan cadangan baru dan akuisisi hak partisipasi biasanya dilakukan ketika keekonomian proyek cukup kuat dan visibilitas produksi jelas.

Selain itu, ambisi pemerintah meningkatkan lifting migas, reformasi fiskal, dan percepatan perizinan menjadi momentum untuk memperluas portofolio. Ekspansi ini akan memperkuat pendapatan jangka panjang karena produksi migas berjalan multi-tahun.

Ketika cadangan baru ditemukan atau akuisisi berhasil, valuasi perusahaan cenderung meningkat. Investor yang memperhatikan aksi korporasi semacam ini berpotensi mendapat keuntungan signifikan dari pergerakan harga saham.

Secara umum, prospek emiten migas akan bervariasi karena tren harga minyak dan gas global berbeda arah. Harga minyak WTI hingga 4 Desember 2025 turun 17,39% year to date ke US$ 59,22 per barel.

Sebaliknya, harga gas alam melonjak 37,56% ytd ke US$ 5 per MMBTU. Kondisi ini membuat emiten dengan eksposur gas lebih menarik bagi investor pada 2026, karena permintaan gas cenderung stabil dan lebih tahan banting di era transisi energi.

Tantangan dan Strategi Investor

Meski prospeknya menarik, emiten migas tetap menghadapi risiko fluktuasi harga komoditas dan biaya operasional tinggi. Sensitivitas terhadap kebijakan pemerintah juga menjadi faktor yang harus diperhatikan investor.

“Harga minyak yang melemah dapat menjadi headwind bagi emiten dengan portofolio minyak dominan,” kata Ekky. Oleh karena itu, investor sebaiknya menyesuaikan strategi dengan profil risiko dan eksposur komoditas masing-masing.

Pergerakan harga saham sektor hulu migas sejak awal tahun menunjukkan tren positif, terutama didorong aksi korporasi. ENRG naik +417,39% ytd, RATU +923,91% ytd, RAJA +138,97% ytd, dan MEDC +16,82% ytd.

Menurut Praska, kenaikan harga saham lebih dipengaruhi aksi korporasi dibanding faktor fundamental. Meskipun kenaikan harga gas menguntungkan, pelemahan harga minyak tetap bisa menekan kinerja bottom line emiten migas.

Ekky menambahkan bahwa sentimen positif dari ekspansi bisnis dan prospek produksi membuat pasar merespons cepat. Hal ini terjadi bahkan sebelum aksi korporasi sepenuhnya terealisasi, menunjukkan volatilitas saham sektor hulu migas tinggi.

Rekomendasi Saham dan Peluang Investor

Sektor hulu migas tetap layak dipertimbangkan investor hingga 2026, terutama emiten dengan portofolio gas dominan. Saham ENRG menarik untuk investor agresif karena valuasinya rendah, didukung katalis akuisisi dan penemuan cadangan.

Target harga saham ENRG diprediksi mencapai Rp 1.350 per saham. Sementara itu, saham RATU juga memiliki potensi kenaikan di kisaran Rp 14.000–Rp 15.000 per saham berkat ekspansi aset migas yang berkelanjutan.

Praska merekomendasikan speculative buy dengan target Rp 1.200 per saham untuk investor agresif. Strategi buy on weakness juga dianjurkan untuk saham RAJA, RATU, dan MEDC dengan target harga masing-masing Rp 7.000, Rp 12.900, dan Rp 1.600 per saham.

Dengan memahami aksi korporasi, eksposur gas, dan visibilitas produksi, investor dapat mengambil keputusan lebih tepat. Ekspansi emiten migas menandakan prospek sektor hulu tetap solid di tengah volatilitas harga komoditas global.

Terkini